ANALYSIS
OF SOIL TYPES AND THE CHARACTERISTIC
IN THE SELECTION OF FOUNDATION
TYPES
The
Foundation of the building is the most important construction on a building.
Because the Foundation serves as the "restraining
the entire load (live and dead) on it and forces from outside". The
Foundation is part of the structure which serves to pass on the load to the
support soil layers beneath it. In any structure, loads that occur either
caused by the weight of its own or due to the load of the plan should be channeled
into a supporting layer in this case is the land under the structure.
Generally,
there are two types of Foundation, those are as the following:
§ Shallow
Foundation.
The
depth of the Foundation is less or equal to the width of the Foundation (D ≤
B). Shallow foundations according to the shape of its construction are divided
into four types, there are:
§ Continuous
Footing
§ Individual
Footing
§ Combines
Footing
§ PMat
Footing/Raft Footing
§ Deep
Foundation.
The
depth of foundation from the face of the land more than 5 times to the width of
foundation (D ≤ 5B). Deep Foundation is also divided into several types, there
are:
§ Pile
Foundation
§ Pier
Foundation
§ Well
(Caissons) Foundation
Concrete is one of the commonly used materials as the
Foundation materials. Concrete foundations are very suitable as a foundation
for the structure of reinforced concrete or steel buildings, bridges, towers,
and other structures. The load of the column are forwarded to the Foundation and
further spread to the surface of the ground where the resting/standing
Foundation takes place. From a brief explanation, then the soil need an
analysis of the power support (q ultimate) so that it can withstand the
load/weight and bearing on it.
The selection of the Foundation should be done based on the
investigation of soil support resources around the specified location. Soil
investigation in a field that is often made is:
a. Drilling
Drilling is very important in soil
investigation because with drill known soil layers under the location where the
foundation of a building stand on.
b. Soil Sampling
Soil sampling is carried out for
further testing in the laboratory. There are two kinds of soil samples for
laboratory testing.
a) Undisturbed soil samples
(undisturbed sample), soil samples that had its original properties in
accordance with the soil conditions at the place of sampling the soil. The
original nature include of the soil structure, soil density, soil water content
and the condition of its chemical bonding. Undisturbed soil samples is very
important to test the strength of the soil grains that are associated with
shear angle of land and the value of cohesion between soil granules,
compressibility and permeability values.
b) Disturbed soil samples (disturb
sample), soil samples were taken without retain their original properties.
Disturbed soil samples are usually used for grain size analysis, Waterberg
limits (including liquid limit and plastic index), and the classification of
the soil as well as compaction test.
c. Penetration testing (penetration
soil) was performed to find out which resources support soil directly in the
field. Penetration testing is done by two methods, as follows:
a. Static Testing Method
Generally performed with sondir
(Dutch Static Penetrometer) that is the forms of konus in the edge of sondir
which will be press enter into the soil layer. Great force that is obtained is
measured with a pressure gauge (manometer gauge) that shows the value of the
konus prisoners in kg/cm2. Konus value that have been obtained is the value of
the relative density (relative density) of soil layers that is measured.
b. Dynamic testing is done with SPT
(Standard Penetration Test), the way it works is the standard example of cylindrical
tubes bear goes into the soil using accumulate tool that have 140 pounds weight
(63.5 kg) dropped from a height of 30 inches (76 cm) which is calculated as the
value of N with the units blow per foot (blows per foot).
Testing with static penetration methods is more
appropriate in Indonesia which the soil conditions consisted of a layer of
sand/silt or clays. The results of the static penetration methods usually more
accurate than the results of dynamic penetration testing (SPT).
ANALISIS JENIS DAN KARAKTERISTIK
TANAH
DALAM PEMILIHAN TIPE PONDASI
Pondasi
bangunan adalah konstruksi yang paling terpenting pada suatu bangunan. Karena
pondasi berfungsi sebagai “penahan
seluruh beban (hidup dan mati) yang berada di atasnya dan gaya-gaya dari luar”.
Pondasi merupakan bagian dari struktur yang berfungsi meneruskan beban menuju
ke lapisan tanah pendukung di bawahnya. Dalam struktur apapun, beban yang
terjadi baik disebabkan oleh berat sendiri ataupun akibat beban rencana harus
disalurkan ke dalam suatu lapisan pendukung dalam hal ini adalah tanah yang ada
di bawah struktur tersebut.
Secara umum dikenal 2 mamcam jenis
pondasi, diantanya:
§ Pondasi
Dangkal
Kedalaman pondasi kurang atau sama dengan lebar
pondasi (D ≤
B). Pondasi dangkal menurut bentuk konnstruksinya dibagi menjadi empat jenis,
diantany:
§ Pondasi
Menerus (Continous Footing)
§ Pondasi
Telapak (Individual Footing)
§ Pondasi
Kaki Gabungan (Combined Footing)
§ Pondasi
Pelat (Mat Footing/Raft Footing)
§ Pondasi
Dalam
Kedalaman pondasi dari muka tanah lebih dari 5 kali
lebar pondasi (D ≤ 5B). Pondasi dalam juga terbagi ke dalam beberapa
jenis, diantarnya:
§ Pondasi
Sumuran
§ Pondasi
Tiang Pancang
§ Pondai
Bore Pile
Beton merupakan salah satu material
yang umum digunakan sebagai bahan material pondasi tersebut. Pondasi beton
tersebut sangat cocok digunakan sebagai pondasi untuk struktur beton bertulang
maupun bangunan baja, jembatan, menara, dan struktur lainnya. Beban dari kolom
diteruskan ke pondasi untuk selanjutnya disebar ke permukaan tanah tempat
bertumpu/berpijaknya pondasi. Dari penjelasan singkat tersebut, maka tanah
tersebut perlu untuk dilakukan analisis daya dukung (q ultimate) agar dapat
menahan dan memikul beban/berat di atasnya.
Pemilihan
pondasi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan daya dukung tanah di sekitar
lokasi yang telah ditentukan. Penyelidikan tanah di lapangan yang sering
dilakukan adalah:
a.
Pemboran (Drilling)
Pemboran sangat penting dalam penyelidikan tanah
karena dengan membor dapat diketahui lapisan-lapisan tanah yang berada di bawah
lokasi tempat berdirinya bangunan.
b.
Pengambilan Contoh Tanah (Soil Sampling)
Pengambilan contoh tanah dilakukan untuk selanjutnya
dilakukan pengujian di laboratorium. Ada dua macam contoh tanah untuk dilakukan
pengujian laboratorium.
a. Contoh
tanah yang tidak terganggu (undistrub sample), yaitu contoh tanah yang
mempunyai sifat-sifat aslinya sesuai dengan kondisi tanahdi tempat pengambilan
contoh tanah. Sifat aslinya meliputi kondisi struktur tanah, kepadatan tanah,
kadar air dan kondisi ikatan kimianya. Contoh tanah yang tidak terganggu sangat
penting untuk melakukan pengujian kekuatan butir tanah yang berhubungan dengan
sudut geser tanah dan nilai kohesi antar butiran tanah, nilai kompresibilitas
dan permeabilitas.
b. Contoh
tanah yang terganggu (distrub sample), yaitu contoh tanah yang diambil tanpa
harus mempertahankan sifat-sifat aslinya. Contoh tanah terganggu biasanya
digunakan untuk analisi ukuran butiran, batas-batas atterberg (meliputi batas
cair dan indek plastis), klasifikasi tanah serta uji pemadatan.
c.
Pengujian penetrasi (pentration soil)
dilakukan untuk mengetahui daya dukung tanah secara langsung di lapangan.
Pengujian penetrasi ini dilakukan dengan dua metode, sebagai berikut:
a.
Metode Pengujian Statis
Umumnya dilakukan dengan alat sondir (Dutch Static
Penetrometer) yaitu berupa konus pada ujung alat sondir yang ditekan masuk ke
dalam lapisan tanah. Besar gaya yang diperoleh diukur dengan alat pengukur
tekanan (manometer gauge) yang menunjukkan nilai tahanan konus dalam kg/cm2.
Nilai konus yang diperoleh adalah nilai dari kepadatan relatif (relative
denisty) dari lapisan-lapisan tanah yang diukur.
b.
Pengujian dinamis dilakukan dengan alat
SPT (Standard Penetration Test), cara kerjanya adalah tabung silinder contoh
standar dipikul masuk ke dalam tanah menggunakan alat penumpuk seberat 140
pound (63,5 kg) yang dijatuhkan dari ketinggian 30 inchi (76 cm) yang dihitung
sebagai nilai N dengan satuan pukulan per kaki (blows per foot).
Pengujian dengan metode
penetrasi statis lebih sesuai digunakan di Indonesia yang kondisi tanhnya
terdiri dari laisan tanah pasir/lanau atau lempung lunak. Hasil metode
penetrasi statis biasanya hasilnya lebih tepat daripada hasil pengujian
penetrasi dinamis (SPT).